Selasa, 12 Mei 2009

Tuberkulosis

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini adalah salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru (disebut sebagai TB Paru), walaupun pada sepertiga kasus, organ-organ lain ikut terlibat. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.
tuber colosis

Tuberculosis (abbreviated as TB for tubercle bacillus or Tuberculosis) is a common and often deadly infectious disease caused by mycobacteria, in humans mainly Mycobacterium tuberculosis [1]. Tuberculosis usually attacks the lungs (as pulmonary TB) but can also affect the central nervous system, the lymphatic system, the circulatory system, the genitourinary system, the gastrointestinal system, bones, joints, and even the skin. Other mycobacteria such as Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium canetti, and Mycobacterium microti also cause tuberculosis, but these species are less common in humans.

The classic symptoms of tuberculosis are a chronic cough with blood-tinged sputum, fever, night sweats, and weight loss. Infection of other organs causes a wide range of symptoms. The diagnosis relies on radiology (commonly chest X-rays), a tuberculin skin test, blood tests, as well as microscopic examination and microbiological culture of bodily fluids. Tuberculosis treatment is difficult and requires long courses of multiple antibiotics. Contacts are also screened and treated if necessary. Antibiotic resistance is a growing problem in (extensively) multi-drug-resistant tuberculosis. Prevention relies on screening programs and vaccination, usually with Bacillus Calmette-Guérin (BCG vaccine).

Tuberculosis is spread through the air, when people who have the disease cough, sneeze, or spit. One–third of the world's current population has been infected with M. tuberculosis, and new infections occur at a rate of one per second.[2] However, most of these cases will not develop the full-blown disease; asymptomatic, latent infection is most common. About one in ten of these latent infections will eventually progress to active disease, which, if left untreated, kills more than half of its victims. The proportion of people in the general population who become sick with tuberculosis each year is stable or falling worldwide but, because of population growth, the absolute number of new cases is still increasing.[3] In 2004, mortality and morbidity statistics included 14.6 million chronic active cases, 8.9 million new cases, and 1.6 million deaths, mostly in developing countries.[2] In addition, a rising number of people in the developed world are contracting tuberculosis because their immune systems are compromised by immunosuppressive drugs, substance abuse, or AIDSThe distribution of tuberculosis is not uniform across the globe with about 80% of the population in many Asian and African countries testing positive in tuberculin tests, while only 5-10% of the US population test positive.[1] It is estimated that the US has 25,000 new cases of tuberculosis each year, 40% of which occur in immigrants from countries where tuberculosis is endemic.[1]

Senin, 11 Mei 2009

TBC BUKAN PENYAKIT BIASA



“Every Breath Counts, Stop TB Now”. Demikianlah tema besar dari peringatan Hari TBC Sedunia pada 24 Maret 2009 ini. Bila dihayati memang demikianlah adanya, nafas adalah yang menggerakkan kehidupan, jika terjadi gangguan pada nafas, niscaya irama kehidupan pun akan terganggu. Meski sebenarnya bakteri TBC juga bisa menyerang seluruh organ tubuh manusia seperti otak, tulang dan kelenjar, jadi bukan cuma organ paru-paru saja.

Bakteri yang Tangguh
Agak berbeda dengan bakteri penyebab penyakit lain, bakteri TBC memiliki dinding sel yang sebagian besar tersusun dari asam mikolik dengan cabang molekul lipid yang memberikan penghalang tak tembus di sekitar sel. Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan terhadap asam dan gangguan fisika kimia. Selain itu pada kondisi tidur, bakteri TBC dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun dalam udara kering maupun dingin. Setelah bangkit dari keadaan tidur, bakteri dapat kembali aktif seperti sedia kala.
Pertumbuhan bakteri TBC berlangsung secara lambat, yakni setiap sekitar 15 sampai 20 jam, sementara bakteri pada umumnya mampu berkembang biak dalam hitungan menit, misalnya saja Escherichia coli yang mampu tumbuh setiap 20 menit. Bakteri yang sedang tidur dapat membelah jika diberi antibiotik, itu sebabnya obat TBC diberikan selama enam bulan terus menerus. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua bakteri TBC dalam tubuh baik yang aktif maupun tidur telah mati.
Bakteri TBC dapat menghasilkan enzim beta laktamase yang memberinya kekebalan terhadap antibiotik dari golongan beta laktam seperti penisilin dan sefalosporin. Namun demikian mekanisme kekebalan ini dapat diatasi dengan menambahkan penghambat enzim beta laktamase pada obat TBC.
Pada umumnya kekebalan disebabkan oleh penguraian obat anti-bakteri oleh enzim atau protein tertentu dari bakteri TBC. Proses ini berawal dari jumlah yang sedikit dan kemudian perlahan-lahan bertambah seiring waktu. Telah banyak kasus kekebalan bakteri terhadap berbagai obat anti TBC, termasuk florokuinolon yang pada awal penemuannya sangat diharapkan. Demikianlah, manusia telah sekian lama berperang melawan bakteri tangguh ini.

Perang Panjang Melawan TBC
Pemberantasan TBC telah melewati berbagai fase. Era kemoterapi dalam pemberantasan TBC dimulai sejak penemuan streptomisin pada 1944 oleh Albert Schatz dan Selman Waksman. Senyawa yang ditemukan kemudian antara lain, isoniazid pada 1952 dan rifampisin pada 1967. Antimikroba yang merusak sintesis protein bakteri seperti makrolida, aminoglikosida dan rifampisin; serta antimikroba yang dapat menghambat pelipatan DNA bakteri seperti kuinolon, dapat pula digunakan untuk melawan bakteri TBC.
Penemuan-penemuan senyawa anti TBC kemudian mengarah pada terapi kombinasi obat TBC yang digunakan sampai saat ini. Dengan adanya kombinasi obat, kemungkinan kekebalan dapat dikurangi. Jika obat seperti rifampisin atau pirazinamid digunakan secara tunggal, kekebalan bakteri TBC dapat muncul hanya dalam jangka waktu enam sampai delapan minggu.

Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasil terapi yang optimal.

Jenis-jenis

  • Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
  • Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
  • Tuberkulosis pada sistem saraf
  • Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
  • Tuberkulosis millier

Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.

M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini adalah salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru (disebut sebagai TB Paru), walaupun pada sepertiga kasus, organ-organ lain ikut terlibat. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

hati hati TBC